Indonesia dengan aneka ragam kekayaan floranya,
bunga Krisan merupakan salah satu andalannya. Bahkan bagi para perangkai bunga, Krisan sepertinya sudah menjadi andalan dalam merangkai bunga. Kalau tidak ada krisan, ibarat sayur tanpa garam, hambar.
Krisan atau chrysanthemum adalah salah satu
bunga yang memiliki daya jual tinggi. Melalui Balai Penelitian Tanaman Hias yang berada di bawah naungan Kementerian Pertanian, bunga ini terus dipacu sebagai bunga identitas diri bangsa.
Balai itu melakukan pengujian frekuensi tanaman, serta menjaring dan menerima masukan sesuai selera masyarakat. Mungkin warna bunganya kurang cerah, mungkin batangnya kurang panjang dan sebagainya. Maka di sini bisa kita teliti apa penyebabnya,íí tutur salah seorang peneliti di balai itu.
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya merupakan hibrida yang berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Selain Tulip, Belanda juga memiliki beraneka ragam krisan, termasuk krisan mini dengan diameter kecil, seperti varietas Lilac Cindy berwarna pink keunguan, lalu Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah) dan Yellow Mandalay.
Ada yang menyebut Krisan sebagai tanaman hias perdu asal Cina dan akrab disebut Seruni atau Bunga Emas (Golden Flower). Krisan kuning memang berasal dari Cina, dan dikenal dengan Chrysanthenum Indicum (kuning> Tapi Cina juga punya Crysan Morifolium (ungu dan pink) serta Crysan Daisy (bulat, ponpon).
Sementara Jepang pada abad ke-4 mulai membudidayakan Krisan, dan tahun 1797 Krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East.
Krisan Lokal Tanaman Krisan dari Cina dan Jepang menyebar di kawasan Eropa dan Prancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsea mengembangkan 8 varietas bunga itu di Inggris. Jenis atau varietas Krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Dan sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial.
Di Indonesia sendiri, Krisan yang ditanam berjenis Krisan lokal (Krisan kuno), meski sebenarnya
bunga ini berasal dari luar negeri, tetapi karena telah lama dan beradaptasi di Indonesia maka dianggap sebagai Krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain, sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman.
Crysan maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang, sedangkan yang berbunga putih di Cipanas. Di Cianjur dikembangkan, Krisan introduksi (Krisan modern dan Krisan hibrid atau Chrysanthenum Indicum hybr.
Juga di sana ditanam Dark Flamingo, Chrysanthenum Indicum hybr. Dolaroid, Chrysanthenum indicum hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Chrysanthenum indicum Fleyer (berbunga putih), Chrysanthenum indicum Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Chrysanthenum indicum Pink Pingpong (berbunga pink).
Sebagai
bunga hias, Krisan digunakan antara lain sebagai bunga pot, dengan cirinya tanaman kecil, dan tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya.
Bunga Papan juga banyak menggunakan material aneka varitas krisan yang indah.
Untuk bunga potong yang harus diperhatikan adalah penampilan yang baik, menarik, sehat dan bebas hama dan penyakit. Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), dan umumnya ditanam di lapangan. Jenisnya, antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dan sebagainya.
*Sumber artikel: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2015/10/15/126825/15/Indonesia-Negeri-Sejuta-Krisan